Minggu, 03 Agustus 2008

Dita Indah Sari Jadi Caleg PBR

Satu Dapil dengan Puan Maharani dan Hidayat Nurwahid
JAKARTA - Ketua Dewan Pertimbangan Partai Persatuan Pembebasan
Nasional (Papernas) Dita Indah Sari memutuskan menjadi caleg dari
Partai Bintang Reformasi (PBR) yang berasas Islam. Aktivis buruh itu
mendapat nomor urut satu di daerah pemilihan (dapil) Jateng V yang
meliputi Klaten, Boyolali, Sukoharjo, dan Kota Solo.

Dapil Jateng V termasuk "zona panas" dalam Pemilu 2009. Sebab,
sejumlah tokoh penting partai lain juga memastikan diri ikut
berkompetisi di dapil itu. Mereka, misalnya, Puan Maharani -putri
Megawati Soekarnoputri- (PDI Perjuangan), Ketua MPR Hidayat Nurwahid
(PKS), atlet bulu tangkis senior Icuk Sugiarto (PPP), dan GKR
Wandansari atau Gusti Mung (Partai Demokrat).

"Dita memang bukan orang Jateng. Tapi, suaminya yang Jateng," kata
Wakil Sekjen DPP PBR Yusuf Lakaseng setelah launching nomor urut 29
PBR dalam Pemilu 2009 di Kantor DPP PBR, Tebet, Jakarta Selatan,
kemarin (2/8).

Menurut dia, direkrutnya Dita sebagai caleg PBR karena adanya kesamaan
segmentasi perjuangan PBR dengan Dita yang juga mantan ketua umum
Komite Pimpinan Pusat Partai Rakyat Demokratik (KPP-PRD) itu. "Kami
memang membuka diri terhadap kalangan aktivis," ujarnya.

Apalagi, imbuh Yusuf, partainya juga memprioritaskan tokoh-tokoh muda
yang usianya masih di bawah 40 tahun. Kuota yang dipatok juga nggak
main-main, yaitu mencapai 60 persen dari total caleg PBR. "Ini untuk
mendorong percepatan regenerasi politik," tegasnya.

Dita Indah Sari yang lahir di Medan pada 30 Desember 1972, contohnya,
kata Yusuf, baru berusia 36 tahun.

Yusuf menambahkan, pada Pemilu 2004 lalu, PBR hanya mendapat 2,7
persen suara. Untuk Pemilu 2009, lanjutnya, PBR berani mematok target
minimal 7 persen suara. "Soalnya, struktur partai kami sekarang sudah
terbangun di seluruh provinsi se-Indonesia, " kata Yusuf yang menjadi
caleg dari dapil Sulawesi Tengah itu.

Ketika dikonfirmasi, Dita Indah Sari membenarkan bahwa dirinya menjadi
caleg PBR di dapil Jateng. Tidak khawatir harus bersaing dengan
sederet nama tokoh-tokoh populer dari partai lain? "Bagi saya, justru
ini tantangan besar," jawabnya, lantas tertawa.

Dita mengaku tidak mempersoalkan PBR yang berasas Islam. Sebab, banyak
program PBR yang sejalan dengannya. Misalnya, kemandirian ekonomi yang
tidak bergantung kepada pihak asing, opsi penghapusan utang luar
negeri, dan pembangunan ekonomi di pedesaan sebagai prioritas. "Saya
melihat PBR sebagai partai yang mencoba mengenalkan asas Islam dalam
pengertian yang lebih terbuka," ujarnya.

Apalagi, imbuh Dita, dalam pemilu mendatang, PBR menerapkan sistem
suara terbanyak sebagai penetapan caleg terpilih. "Meksipun belum
sempurna dan nggak mungkin ada partai yang sempurna, semua ini bisa
memberikan rasa nyaman kepada kami," kata peraih penghargaan Ramon
Magsaysay Award tahun 2001 itu.

Lantas, bagaimana dengan Papernas? "Eksistensi Papernas tetap ada,
nggak hilang dan nggak lebur ke PBR," tegasnya.

Ketua DPP PBR Bursah Zarnubi menyampaikan, partainya berupaya
merangkul kaum muda sebanyak-banyaknya. Bahkan, 30 caleg PBR,
ungkapnya, masih berusia di bawah 30 tahun. Hanya ada kuota 15-20
persen untuk caleg yang berusia di atas 50 tahun. "Pemilih pemula
harus melek politik. Jangan sampai partai ini jadi oligarki," katanya.

Menyangkut agenda konvensi capres yang akan dilakukan PBR, Bursah
menegaskan, fungsionaris DPP, termasuk dirinya, tidak diperbolehkan
mengikuti konvensi. "Biar adil dan fair sehingga orang nggak ragu-ragu
dengan komitmen PBR. Kalau ada orang PBR yang maju, pasti ada sentimen
internal," bebernya.

Dalam acara launching nomor urut 29 dari PBR, turut hadir Wakil Ketua
Umum Raden Muhammad Syafi'i dan Sekretaris Jenderal PBR Rusman Ali.
Acara tersebut ikut diramaikan artis Dewi Yul dan Franky Sahilatua.
Dewi kabarnya tengah "dirayu" PBR untuk menjadi salah satu calegnya.
Politisi senior Partai Golkar yang juga mantan Ketua DPR Akbar
Tandjung juga datang belakangan. (pri)


diambil dari : www.indopos.co.id

Tidak ada komentar: