Berdikari Online (14/12/08); 500-an pekerja dari Jakarta, bogor,tangerang, dan bekasi mendeklarasikan pendirian Persatuan Buruh Reformasi (PBR) di aula gedung Trisula, Ciniki, Jakarta, hari minggu (14/12). Acara tersebut selain dihadiri ketua Umum PBR dan jajaran DPP PBR, juga dihadiri oleh Risal Ramli. Menurut Katarina Puji Astuti, ketua panitia, deklarasi Persatuan Buruh Reformasi dimaksudkan untuk memberikan saluran politik kepada suara-suara rakyat pekerja, yang selama ini dikucilkan dan dipinggirkan dari panggung politik, melalui beberapa calon anggota legislatif (Caleg) dari pekerja.
Orasi langsung dibuka oleh Risal Ramli. Menurutnya, pemerintah masih menempatkan pekerja sebagai sumber masalah hambatan investasi. Padahal, menurut Risal Ramli, factor penghambat investasi paling utama adalah birokrasi dan banyaknya biaya siluman. Bagi risal, kaum pekerja tak boleh lagi menyandarkan pilihannya kepada pemerintahan pro-neoliberal, tapi mendukung dan memperjuangan kepemimpinan nasional yang sanggup menjalankan jalan baru.
Sayup-sayup teriakan "hidup buruh" berkali-kali terdengar, ketika Tari Adinda, seorang buruh pabrik di Cakung, dengan lihai memainkan lagu-lagu perjuangan buruh, seperti "buruh kontrak". Massa semakin antusias mengikuti acara, ketika Dita Indahsari, seorang Caleg dari PBR menyampaikan orasi politiknya. "ketika buruh menolak SKB 4/PB 4 menteri, pemerintah selalu menuduh pekerja mempolitisasi keadaan" ujar Dita. Menurut dita, tuduhan tersebut merupakan kekhawatiran, karena ketika buruh menjangkau arena politik sebagai bagian dari perjuangan untuk mengubah hidup, malah dianggap pemerintah "mempolitisisasi". Bagi Dita, perjuangan buruh haruslah perjuangan politik, maka penting bagi buruh untuk berpartai dan mengajukan calon anggota legislatif. Dengan itu, menurut Dita, pekerja akan mendapat ruang konstitusional untuk memperbaiki kesejahteraannya, serta mendorong perubahan ekonomi Indonesia agar lebih mandiri, makmur, dan berdaulat.
Bursah Sarnubi, ketua umum PBR, akhirnya melantik pengurus pusat Persatuan Buruh Reformasi, yang terdiri dari Katarina Pudji Astuti (ketua), Hafid (Sekretaris), Desi Arisanti (bendahara), Kristianto (Divisi Advokasi), Sukrisno (divisi organisasi), dan Dedi Fauzi (divisi pendidikan dan kaderisasi). Dalam sambutannya, Bursah Sarnubi mengatakan, sudah saatnya nasib pekerja diangkat. Pekerja harus mengembangkan kapasitasnya, termasuk kemampuan berpolitik, agar dapat mendorong perubahan yang lebih baik. Bursah berpesan, seluruh caleg pekerja harus mengandalkan militansi, seperti semangat infanteri, terutama dalam menggalang dan meraih dukungan massa. Menurutnya, caleg pekerja harus mendatangi rakyat dan bekerja bersama mereka. (Ulfa)
Diambil dari Berdikari Online
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Saya saah satu buruh di sebuah perusahaan garment di solo, kebetulan perusahaan tempat saya bekerja sangat tidak menghargai karyawan sebagai mitra kerja, bahkan di perusahaan tempat saya bekerja masih banyak tenaga Part Time maupun Sub Operator yang gajinya sangat di bawah UMR Kota Solo, kalau dihitung karyawan tetap paing hanya di bawah 25% , jam kerja pun kadang seenak perusahaan sendiri dengan perhitungan yang tidak jelas, kalau ada yang protes paling juga diteror bahkan di pecat, disini tidak ada serikat pekerja yang benar2 mengaspirasikan keinginan pekerja semua dikendaikan perusahaan, karena di perusahaan menerapkan sistem insentive bukannya lembur jam kerja jadi tak menentu. karyawan bekerja 12 jam sehari dari 07.30 - 21.00 bahkan ketika akan oading export sering karyawan bekerja 36 Jam Non stop dengan perhitungan yang tak jelas.
Kami percaya Mbak Dita Mampu untuk membantu kami memperjuangkan nasib kami buruh yang tertindas. kami para buruh sangat butuh nafkah sehingga sulit untuk keluar dari perusahaan apalagi cari pekerjaan susah, tanggapan mbak dita sangat kami tunggu di eka.adv@gmail.com
Posting Komentar