Kamis, 24 April 2008

Nasib Kaum Buruh Yang (Kian) Terjepit

Sigit Kurniawan - Elshintanewsroom, Kurang lebih sepekan lagi, kaum buruh di seantero jagat ini akan merayakan Hari Buruh atau yang dikenal dengan May Day. Tepat 1 Mei, kaum buruh di Indonesia pun akan bersama merayakannya. Biasanya, seperti tahun sebelumnya, kegiatan May Day itu akan diisi dengan beragam acara, seperti aksi turun ke jalan, demonstrasi, orasi, pagelaran musik, dan sebagainya yang pada intinya bagaimana kaum buruh menyuarakan aspirasi mereka, menyampaikan tuntutan mereka. Dan itu selalu disuarakan setiap Hari Buruh tiba.

Adalah Dita Indah Sari, salah satu aktivis buruh Indonesia, menyebut tiga tahun terakhir atau periode 2006-2008 sebagai puncak terburuk bagi nasib kaum buruh di Indonesia. Parameternya, adalah bagaimana buruh tak pernah bisa memperbaiki nasib mereka. Dan lagi-lagi persoalan upah buruh yang ternyata tidak dapat mengejar kenaikan harga sembako akhir-akhir ini.

Dita menyebut, kaum buruh saat ini sangat terpukul dengan terjadinya tiga kenaikan, yaitu kenaikan karbohidrat berupa beras, kenaikan protein yaitu naiknya harga minyak goreng dan kedelai serta kenaikan energi berupa minyak tanah dan gas.

Persoalan upah yang kecil memang kerap menjadi teriakan kaum buruh. Belum lagi persoalan hak-hak buruh yang kerap diabaikan oleh para pemilik modal atau pengusaha, seperti upah yang tak dibayar, kenaikan upah yang tak sesuai, hak cuti yang tak didapat, PHK sepihak, dll. Buntutnya, buruh hanya bisa berteriak, protes, hingga bermuara pada aksi turun kejalan, berdemonstrasi.

Idealnya, siapapun apalagi kaum buruh (pekerja), menginginkan agar dalam hubungan industrial terjalin pola hubungan yang harmonis, kondusif dan saling menguntungkan, dimana buruh/pekerja dapat menjalankan aktivitas mereka dengan baik dan tanpa tekanan yang tak berdasar. Semua ini tentu dengan harapan agar produktivitas yang tinggi dapat tercipta. Dan hasil maksimal yang diharapkan pengusaha pun akan tercapai. Dan lagi, semua ini akan kembali kepada buruh yang akan menikmati hasil dari apa yang sudah mereka lakukan.

Pekerja adalah asset yang harus dipelihara dan dijaga sudah seharusnya ada di benak pengusaha atau pemilik modal. Kesejahteraan buruh/pekerja sudah sepatutnya menjadi perhatian. Kesejahteraan bukan lagi milik sekelompok orang yang hanya bisa bermanis muka, menekan buruh demi menyenangkan pengusaha. Kesejahteraan adalah milik semua, ya buruh ya pekerja.

Dan bercermin dari penghargaan ''A Tribute To Woman 2008'' yang diterima oleh Dita Indah Sari, bukan semata untuk dirinya namun akan menjadi spirit dan dedikasi bagi perjuangan kaum buruh Indonesia. Semoga.

1 komentar:

keharusan mengatakan...

Ibu sayang, terima kasih atas perjuangan yang kau curahkan pada kami. Kami selalu berjuang bersama anda yang mencintai kaum buruh.