JAKARTA - Sejumlah mahasiswa dari Universitas Gunadharma, Forum Kota (Forkot), Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Jagakarsa, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Mpu Tantular, Universitas Satya Negara Indonesia, dan Universitas Bung Karno, Selasa (4/10) berdemonstrasi di Jalan Margonda Raya Depok.
Aksi ini dimulai sejak pukul 14.30 dan diikuti sekitar 500 mahasiswa. Para demonstran mengadang sebuah mobil tangki yang berisi 32.000 liter premium.
Para demonstran meneriakkan yel-yel supaya pemerintah menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM). Mereka juga menggelar spanduk yang bertuliskan, ''BBM naik rakyat menjerit, Turunkan SBY-Kalla, Turunkan harga BBM.''
Para demonstran juga membakar ban tepat di tengah Jl Raya Margonda arah Depok Jakarta. ''Kami melakukan aksi ini karena kami peduli terhadap nasib rakyat,'' teriak koordinator aksi Bejo.
Akibat aksi tersebut, Jl Margonda Raya macet hingga tiga kilometer dari arah Depok ke Jakarta. Arah baliknya (Jakarta - Depok), sedikit tersendat karena masyarakat berkerumun di sekitar lokasi demonstrasi.
Penjagaan di sekitar lokasi demonstrasi cukup ketat. Terlihat sejumlah anggota Polres Depok dan petugas DLLAJ yang sibuk mengatur arus lalu lintas di sekitar tempat demonstrasi.
Kapolda Kaget
Pada hari yang sama, puluhan mahasiswa yang membawa bendera Universitas Mercu Buana (UMB) juga sempat menyandera truk tangki Pertamina di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta.
Truk tangki B-9146-TQ berkapasitas 9.000 kg elpiji itu dicegat mahasiswa di depan ITC Permata Hijau. Dikawal dua Metromini 92 Ciledug-Grogol, mahasiswa menggiring truk ke tengah arena unjuk rasa Aliansi Rakyat Menggugat (ARM) di Bundaran HI.
Kernet truk tangki Makmur mengatakan, dia dan bersama sopir Jazuli berangkat dari Srengseng menuju Plumpang, Tanjung Priok, untuk mengisi muatan. Namun di tengah jalan, dicegat mahasiswa dan dipaksa menuju Bundaran HI.
Kedatangan truk tangki ini tidak lama setelah kedatangan Kapolda Metro Jaya Irjen Firman Gani di Bundaran HI. Firman terkejut ketika melihat dari belakang dua Metromini muncul truk berukuran besar yang dinaiki para mahasiswa. Truk Pertamina itu akhirnya dilepaskan, setelah polisi dan mahasiswa melakukan negosiasi.
Ancaman ARM akan mengerahkan 10.000 mahasiswa untuk berdemo di depan gedung DPR tampaknya tidak kesampaian. Sebab, hanya ratusan orang yang bisa dikumpulkan di Bundaran HI.
Sebelumnya, ARM mengklaim mengerahkan 10.000 orang dan berencana menduduki gedung DPR pada pukul 09.00 WIB. Namun hingga pukul 13.00 WIB, hanya 500 hingga 700 orang yang ikut aksi menuju gedung DPR.
Mereka melakukan orasi menolak kenaikan harga BBM. Sekitar 300 orang duduk di tengah aspal, sedangkan lainnya berlindung di bawah pohon atau masuk ke dalam bus karena kepanasan.
Meski demikian, aksi ini memacetkan sejumlah jalan protokol. Jalan MH Thamrin dari arah Jalan Sudirman ditutup dan dialihkan ke Jalan Teluk Betung. Polisi juga membuat Jalan Thamrin yang menuju Jalan Sudirman menjadi dua arah untuk mengurangi kemacetan.
Sebelumnya, ARM melakukan unjuk rasa di depan Istana Merdeka tanggal 29 September lalu. Unjuk rasa yang akan mengerahkan 14.000 orang itu ternyata diikuti 3.000 orang saja.
Tetap Konsisten
Para mahasiswa se-Indonesia menyatakan konsisten menyuarakan penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Kemarin, sejumlah aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Indonesia tengah berkonsolidasi dan mengkaji kembali arah perjuangan mereka.
"Hari ini (Selasa-Red) kami tidak menurunkan massa ke jalan. Mungkin ada sejumlah teman yang bergabung dengan elemen atau organ gerakan lain yang pada hari ini berencana menggelar aksi massa,'' jelas Presiden BEM UI Azman Muamar.
BEM se-Indonesia sepakat dalam satu dua hari ini melakukan konsolidasi sekaligus menggelar kajian untuk mencari bentuk-bentuk baru agenda perjuangan, dalam rangka mendesak pemerintah agar menurunkan harga BBM,'' katanya.
Menurut dia, hampir seluruh komponen gerakan mahasiswa se-Indonesia sudah satu sikap, yakni tetap berjuang mendesak pemerintah menurunkan harga BBM. Meskipun mereka sedang puasa.
''Kami sadar sepenuhnya bahwa perjuangan ini juga ibadah. Bulan Puasa yang kemudian diikuti Lebaran, biasanya membuat harga-harga kebutuhan pokok naik dan rakyat akan semakin tercekik,'' katanya.
Aktivis Forum Mahasiswa Tolak Kenaikan Harga BBM Donato Haryo menambahkan, kelompoknya dan BEM se-Indonesia sepakat terus mendesak pemerintah mencabut kebijakan yang menyengsarakan rakyat itu.
Pengumuman kenaikan harga BBM, lanjutnya, memicu kenaikan harga kebutuhan barang dan jasa publik. Padahal persoalan yang selalu muncul tetap, yaitu antrean panjang pembeli minyak tanah, solar, bensin, dan penyelundupan BBM.
Ironisnya, lanjut dia, rakyat diminta untuk terus tangguh dan memahami tindakan-tindakan pemerintah yang semakin tidak rasional. ''Saking tidak rasionalnya, pemerintah mengklaim bahwa kenaikan harga BBM bisa diatasi oleh rakyat miskin dengan kompensasi Rp 100.000/bulan,'' ungkapnya.
Rakyat terus dibohongi bahwa kenaikan harga BBM harus dilakukan karena memberatkan negara. Padahal, tanggungan terbesar negara bukanlah subsidi BBM tetapi lilitan utang luar negeri dan dalam negeri yang merugikan rakyat. "Utang itu adalah utang para pengusaha yang bangkrut dan korup,'' tandasnya.
Aktivis Buruh
Aktivis buruh Dita Indah Sari yang berunjuk rasa bersama mahasiswa di Bundaran HI mengatakan, bila aksi menentang kenaikkan harga BBM tidak digubris pemerintah, dirinya akan menyerukan aksi penolakan yang lebih besar.
''Kita galang massa supaya menutup jalan tol, mogok kerja di semua sektor. Coba kita buktikan, siapa yang lebih berkuasa, mereka yang di Istana dan DPR atau kita yang di jalanan?''
Menurut dia, di beberapa pelabuhan telah ada aksi mogok kerja sebagai ungkapan penolakan kenaikan harga BBM. ''Kalau masih belum didengar juga, mari kita tutup jalan tol dengan mobil kontainer agar iring-iringan presiden tidak bisa lewat,'' katanya.
Dita juga menyerukan agar massa tidak melemahkan perjuangannya walaupun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkesan acuh.
''Banyak orang bilang buat apa demo toh harga BBM tidak akan turun. Namun saya berprinsip, kita harus terus melawan walaupun pemerintah tidak mau mendengarkan tuntutan kita,'' tandasnya.
Selain itu, dia mengingatkan agar pemilih dalam Pemilu 2009 jangan mencoblos partai yang mendukung kebijakan tersebut. ''Kita menuduh tiga partai besar, yakni Golkar, PAN, dan PKS sebagai partai yang tidak layak dipilih lagi karena terbukti mendukung 100% kenaikan harga BBM,'' katanya.
Tak Terkendali
Sementara itu, dengan kenaikan harga minyak tanah yang hampir tiga kali lipat atau Rp 700 menjadi Rp 2.000 per liter, ternyata tidak menjamin jenis bahan bakar itu mudah didapat. Selain langka, harga minyak tanah di tingkat pengecer mencapai Rp 3.000-Rp 4000 per liter.
Langka dan tinggi harga BBM termasuk minyak tanah, memang sudah kerap dijumpai di berbagai tempat, terutama di daerah terpencil. Namun jika hal itu terjadi di daerah seperti Depok yang tak jauh dari Jakarta, persoalan kelangkaan minyak tanah ini sudah demikian serius.
Ibu Rudi, pemilik warung di kompleks BDN Jl Raya Sawangan, Depok, menuturkan, sudah seminggu ini tidak mendapat pasokan minyak tanah dari agen langganannya.
''Saya sudah menanyakan, katanya belum ada barang. Kalaupun ada, harganya Rp 2.900 per liter,'' katanya sambil menunjukkan tumpukan jerigen tetangga yang sudah antre.
Dian, warga Kemiri Muka, Beji, masih lebih beruntung. Sejak harga BBM diumumkan, minyak tanah di sekitar tempat tinggalnya lebih mudah didapat. ''Tapi harganya Rp 3.000 per liter,'' katanya.
Dian mengakui cukup keberatan dengan harga minyak tanah yang telah ditetapkan pemerintah. Ia berharap, kenaikan harga BBM ini tidak berlangsung lama. Bahkan kalau bisa, turun lagi. Sebab sangat memberatkan masyarakat yang berpenghasilan sedikit.
Hal senada dikemukakan Arul, warga Situ Pladen, Beji. Ia prihatin, meski harga minyak tanah sudah dinaikkan dari Rp 700 menjadi Rp 2.000 per liter, di eceran Rp 2.800 per liter. ''Ini kan keterlaluan,'' keluhnya.
Arul menilai kenaikan harga BBM sekarang ini sangat memberatkan. Sebab yang mendapat kompensasi hanya warga miskin, sedangkan warga yang penghasilannya pas-pasan seperti dia tidak berhak memperoleh dana kompensasi.
Sementara itu Ketua DPC Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Kota Depok H Yahman Setiawan mengakui telah terjadi lonjakan harga minyak tanah yang tidak merata.
''Masalahnya, pada saat diumumkan sudah malam. Padahal pagi harinya kami belum bertemu dengan para agen. Jadi mereka juga bingung menetapkan harga sehingga diambil rata-rata. Namun kalau sampai ada yang jual Rp 3.000 itu sih cari kesempatan,'' tandasnya.
Terkait dengan hal itu, kemarin malam DPC Hiswana Migas Kota Depok mengadakan pertemuan dengan agen minyak tanah di Kota Depok untuk mengusulkan harga eceran tetap (HET).
''Usulan kami untuk HET minyak tanah Rp 2.350 per liter. Dengan harapan, harga jual ke konsumen rata-rata Rp 2.500 per liter,'' ujar Yahman.(bu, A20-48m)
Rabu, 05 Oktober 2005
Langganan:
Postingan (Atom)